Tuesday 15 October 2013

Akupunktur Tingkatkan Peluang Kehamilan

JAN29

foto

Akupuntur.


Ketika satu pasangan ingin mempunyai anak dan mereka belum bisa, hal tersebut bisa menguras baik emosi maupun keuangan. Namun kini ada temuan terbaru yang bisa mengatasi dua masalah tersebut, yakni akupunktur.


Para ahli kesehatan meyakini bahwa terapi kuno dari Cina ini, yang dilakukan dengan menusukkan banyak jarum di bagian tubuh tertentu, bisa membantu meningkatkan kesuburan baik pria maupun wanita.


“Akupunktur sudah diketahui sejak 3.000 tahun lalu. Cara ini aman dan tidak ada efek negatif,” kata Dr. Lisa Lilienfield, dokter keluarga dan spesialis pengelola rasa sakit di Kaplan Center for Integrative Medicine di McLean, Virginia, Amerika Serikat. Temuan mengenai manfaat dari akupunktur ini dipublikasikan di jurnal Acupunture in Medicine.


“Ini mungkin bukan satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi infertilitas, tapi cara ini membantu menyehatkan badan dan memaksimalkan efek potensial dari pengobatan fertilitas,” kata Dr. Lilienfield seperti dikutip Health Day edisi 27 Januari 2012.


Dr. Jamie Grifo, Direktur New York University (NUY) Fertility Center dan Direktur Divisi Endokrinologi Reproduktif di NYU Langone Medical Center di New York, mengatakan, “Ini bukan obat untuk semua penyakit, tapi akupunktur bisa membantu beberapa pasien dengan kesuksesan yang lebih baik.”


Ditambahkan Grifo, “Ini adalah salah satu pengandaian non-tradisional yang membantu mengatasi stres dari masalah fertilitas dan menaikkan tingkat kehamilan dan kualitas hidup beberapa orang.”


Dalam melepaskan stres, kata Lilienfield, akupunktur bisa membantu meningkatkan kesuburan wanita dengan meningkatkan peredaran darah ke ovarium dan uterus. Peningkatan aliran darah ini bisa membantu mengentalkan aliran ke uterus dan meningkatkan peluang untuk hamil.


Ditambahkan Lilienfield, akupunktur juga bisa membantu memperbaiki masalah yang terjadi pada sistem saraf endokrin. Akupunktur membantu mengaktifkan otak untuk melepaskan hormon-hormon yang menstimulasi ovarium, kelenjar adrenal, dan organ-organ lainnya yang terlibat dalam sistem reproduksi.


Efek dari akupunktur terhadap sistem saraf endokrin, kata Lilienfield, membantu pria tidak subur dengan menstimulasi produksi sperma. Selama ini akupunktur dikenal sebagai pengobatan seperti nyeri punggung, sakit kepala, dan kram akibat menstruasi.



View the original article here


continue reading

Tuesday 8 October 2013

Karyawan Tingkat Menengah Lebih Mudah Stres

JAN29

Bekerja dalam waktu yang lebih lama dari biasanya berisiko meningkatkan stres pada tubuh yang tidak disadari. Peningkatan ini lebih sering terjadi pada karyawan di tingkatan menengah dibandingkan dengan atasannya.


Waktu kerja tidak memiliki dampak yang mencolok pada kesehatan mental karyawan yang telah berada pada posisi pimpinan. Hal ini karena kontrol yang lebih ketat diberlakukan pada pekerja yang berada di tingkatan menengah.


"Saat bekerja, seorang karyawan dikontrol terlalu ketat. Maka, harus ada kegiatan lain yang dilakukan sebagai selingan," ujar Kepala Departemen Phsychiatry, Universitas Negeri Pennsylvania, kepada CNN, Kamis, 26 Januari 2012. "Saya pun akan melakukan kegiatan yang saya sukai sebentar selama saya mengerjakan sesuatu yang berat dalam satu hari," ujarnya.


Beberapa peneliti menyebutkan, terlalu lama di kantor dapat menyebabkan tekanan dan konflik di beberapa segi kehidupan ikut bertambah. Salah satunya konflik internal dalam keluarga. Akibat penambahan ini, stres secara perlahan ikut merembati proses fisiologis tubuh, yakni mengacaukan produksi hormon kortisol dalam tubuh.


Hormon kortisol dikeluarkan tubuh untuk merespon stres dan saat tubuh mengalami tingkat gula darah yang rendah. Fungsi utama hormon ini adalah meningkatkan gula darah, menekan sistem kekebalan tubuh, serta membantu metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh.


Selain itu, semakin lama seseorang berada di kantor, waktu tidurnya juga akan berkurang. Bila dibiarkan ritme kerja mereka seperti itu, tingkat depresi pada diri seseorang akan bertambah. "Bagaimanapun tidur menjadi kunci indikasi apakah seseorang mengalami depresi atau tidak. Saya sangat fokus pada gejala ini," ujar Gelenberg.


Menurut Gelenberg, waktu bekerja yang dimiliki seorang pekerja tidak boleh lebih dari 11 jam. Apabila waktu bekerja dilakukan lebih dari 11 jam setiap hari, tanpa sadar tubuh sedang menimbun depresi dari waktu ke waktu.



View the original article here


continue reading