Saturday 30 November 2013

Menuju Pusat Busana Etnik Dunia

JAN29

Pantun dalam bahasa Minang membuka panggung peragaan yang berlangsung beberapa waktu lalu di Kafe Koi, Kemang, Jakarta. Di atas panggung, para model cantik dengan gaya luwes berlenggak-lenggok menyajikan koleksi Samuel Wattimena. Malam itu, perancang yang berasal dari Ambon ini menyajikan keindahan kain khas Nagari Sijujung dalam pergelaran tenun unggan, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.


Dengan judul peragaan "Variety", perancang yang biasa disapa Sammy ini mempersembahkan keindahan kain khas Sumatera Barat, yang dikenal sebagai sentra kain Nusantara dengan berbagai teknik tenun, bordir, sulam, tarik benang, dan songket. "Kekuatan ini yang saya kembangkan bersama Kabupaten Sijunjung untuk mempertahankan ciri khas sekaligus meningkatkan perekonomian daerah," kata pria berkulit hitam manis ini ketika ditemui di rumahnya yang asri, Kamis lalu, di kawasan Gandaria, Jakarta.


Perancang kelahiran Jakarta, 25 November 1960 ini meyakini peragaan kali ini memperkenalkan motif baru kain tenun Unggan Sijunjung, yaitu unggan seribu bukit. Motif ini memiliki filosofi, antara lain kekompakan dalam kerja sama, kegigihan dalam berusaha, keinginan untuk maju, dan sukses bersama.


Diakui Sammy, bukan pekerjaan mudah untuk menyelenggarakan perhelatan akbar yang diinginkan. "Terus terang saya ingin menjadikan tenun dan songket memiliki kejayaan seperti halnya batik. Saya ingin, melalui tema keberagaman ini, Indonesia menjadi tren pusat dunia busana etnik," katanya serius.


Selama ini, Sammy gregetan menyaksikan brand atau label asing yang berjaya dan menjadi dambaan masyarakat Indonesia. "Kesalahan kita terlalu memperlakukan mereka istimewa," katanya bersemangat.


Karena itu, perancang senior yang sudah hampir 30 tahun berkarya ini mengadakan pelatihan kepada penenun agar menghasilkan karya yang lebih baik lagi dan berstandar nasional-internasional. Tanpa mengubah motif yang ada, seperti pucuak rabuang, itik pulang patang, dan kaluak paku, Sammy hanya mencoba meminta mereka memakai benang yang menghasilkan kain yang siap diolah menjadi busana siap pakai dan busana resmi dengan warna dan gaya modern.


"Prinsipnya adalah bisa dikenakan untuk kalangan usia mana pun, berbagai acara, dan kesempatan. Hal ini sebagai sebuah simbol pembauran budaya melalui warna," ujarnya.


Kali ini, Sammy menyajikan 22 koleksi berupa busana siap pakai, aneka baju atau gaun resmi yang dikenakan untuk pesta, dan busana muslim. Semua koleksinya tampak sangat elegan dan unik dalam setiap siluet busananya. Dengan memakai bahan linen, katun, dan sutera, Sammy dengan piawai menyajikan serangkaian motif berbentuk bintang kecil yang ditenun dalam ukuran kecil, besar, dan tersebar hingga ke seluruh bagian kain yang memperlihatkan kesan unik dan indah.


Untuk busana kaum muda, dia menyajikan kesan muda dengan aneka warna cerah. Sammy tidak banyak menampilkan warna merah yang khas untuk menghilangkan kesan Minang sehingga bisa lebih mudah digunakan dan dipadupadankan.


Pada busana formal, dia banyak menampilkan potongan blazer panjang dengan kerah lebar hasil modifikasi dan tambahan kain lilit panjang yang menjuntai indah. Selain itu, busana formal tampil dalam potongan busana kerah Shanghai berwarna cokelat dengan rok A-line berwarna cokelat mengkilat.


Sementara koleksi busana santai Sammy banyak dipenuhi mini dress bermotif tanpa lengan serta bolero berbentuk balon dengan kerah berbentuk huruf V dan aksen draperi yang penuh dan besar. Selain itu, beberapa busana santai terlihat mengadaptasi siluet kebaya Bali dengan tambahan ikatan kain berwarna senada yang lebih panjang dan berumbai.


Untuk busana muslim, Sammy menghadirkan gamis lengkap dengan aksen motif tenun unggan seribu bukit serta blazer panjang berpadu celana panjang dan kerudung yang memperlihatkan keserasian balutan kain tenun.


View the original article here

continue reading

Sunday 3 November 2013

G-spot Ternyata Hanya Mitos

JAN29

foto

Ilustrasi. downsoufmag.com


Selama beberapa dekade, G-spot diyakini sebagai area sensitif dalam organ seksual wanita. Namun sekarang, setelah bertahun-tahun melakukan berbagai penelitian, ilmuwan mengatakan mungkin G-spot sebenarnya tidak ada.


Pertama kali dijelaskan oleh Dr Grafenberg pada 1950, G-spot digambarkan sebagai daerah berbentuk kacang di dinding vagina yang akan menjamin orgasme perempuan segera setelah dirangsang.


Teks kuno seperti seperti Kamasutra mendukung klaim ini. Meski tak menyebutnya sebagai G-spot, dalam kitab ini digambarkan ada area sensitif pada vagina yang menyebabkan "kesenangan yang besar".


Meski demikian, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Sexual Medicine telah meragukan kebenaran adanya zona sensitif seksual, bahkan menyebutnya hanya dongeng belaka.


Para peneliti, dipimpin oleh Dr Amichai Kilchevsky dari The Yale-New Haven Hospital di Connecticut, mempelajari hampir 100 artikel yang dipublikasikan selama enam dekade terakhir. Ini termasuk uji klinis, laporan kasus, dan ulasan tentang G-spot.


Mereka, seperti dilansir Daily Mail, tidak satupun menemukan bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa zona G-spot betul-betul ada. Itulah alasan mengapa mereka menyebut G-spot hanya mitos atau bahkan anekdot.


Yang paling meyakinkan adalah satu studi pada tahun 2008 dengan menggunakan pencitraan USG untuk survei dinding vagina. Penelitian itu menyimpulkan wanita yang dilaporkan gampang mengalami orgasme memiliki jaringan tebal di area G-spot dibanding wanita yang tidak. Namun, tim Dr Kilchevsky menemukan studi pencitraan lain tidak bisa mengkonfirmasi temuan ini.


Mereka juga melaporkan hasil yang kurang jelas dari biopsi jaringan dengan beberapa studi melaporkan ujung saraf yang lebih banyak di area G-spot. Mereka menyebut G-spot adalah "suatu daerah hanya beberapa sentimeter di dinding belakang vagina."


Survei mengungkapkan, saat sebagian besar perempuan percaya G-spot ada, ilmuwan justru tak mampu menemukannya. Dr Kilchevsky mengatakan dia berharap penemuan mereka akan mengendurkan tekanan dari wanita yang sulit orgasme.


View the original article here



continue reading