Sunday 29 January 2012

Kurang Tidur Saat Bayi, Mood Jelek Saat Dewasa

JAN29

Anak-anak yang tidak punya cukup waktu tidur cenderung mengalami risiko mood disorder (gangguan suasana hati) di masa dewasa. Demikian sebuah penelitian terbaru seperti dikutip Health Day edisi 5 Januari 2012.


Para peneliti mengamati balita berusia 30 bulan hingga 36 bulan dan menemukan bahwa gangguan tidur setiap hari menyebabkan kecemasan berlebih, berkurangnya tingkat kenyamanan dan rasa bahagia, serta menurunkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.


“Banyak anak kecil saat ini yang tidak cukup waktu tidurnya. Padahal, untuk balita, tidur siang yang cukup adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa 'tangki tidur' selalu tersedia penuh setiap hari,” kata ketua tim peneliti, Monique LeBourgeois, profesor di Departemen Psikologi Integrative di University of Colorado, Boulder, dalam siaran persnya.


Penelitian ini, sambung LeBourgeois, “Menunjukkan bahwa kurangnya waktu tidur menjadi beban bagi anak-anak. Dengan begitu mereka kesulitan mengekspresikan perasaannya, dan dari waktu ke waktu, kemungkinan membentuk perkembangan otak emosional dan menempatkan mereka dengan risiko gangguan yang berhubungan dengan mood sepanjang hidupnya.”


Dalam studi ini para peneliti merekam ekspresi emosional dari anak-anak ketika mereka diminta memecahkan persoalan dalam teka-teki bergambar dalam dua hari yang berbeda. Satu hari, tes ini dilakukan satu jam setelah anak-anak tidur siang selama 90 menit. Di hari lain, anak-anak diganggu tidurnya dan dites sejam setelah mereka tidur normal.


Ketika waktu tidurnya terganggu, respons emosi positif anak-anak tersebut menurun 34 persen setelah menyelesaikan teka-teki dan respons negatifnya meningkat 31 persen ketika mereka tidak bisa menyelesaikan teka-teki itu. Sementara sebanyak 39 persen menurun kemampuannya dalam mengekspresikan kebingungan saat mencoba menyelesaikan teka-teki.


“Kebingungan bukanlah hal yang buruk. Hal itu merupakan emosi kompleks yang menunjukkan bahwa anak-anak tahu ada sesuatu yang tidak beres,“ ucap LeBourgeois. “Ketika anak-anak yang cukup tidur mengalami kebingungan, mereka akan terangsang untuk membantu yang lain. Ini suatu yang positif. Respons yang adaptif menunjukkan bahwa mereka secara kognitif terhubung dengan dunia mereka.”


Secara keseluruhan, menurut rilis tersebut, penelitian ini menunjukkan bahwa kehilangan waktu tidur membuat anak-anak semakin kesulitan untuk merasakan pengalaman menarik dan menakjubkan sekaligus beradaptasi dengan rasa frustrasi.


“Persis seperti nutrisi yang baik, cukup tidur adalah dasar yang memberikan anak-anak kesempatan terbaik untuk mendapatkan yang paling penting dari orang lain dan segala hal yang mereka alami setiap hari,” ujar LeBourgeois. Hasil penelitian ini dipublikasikan secara online di Journal of Sleep Research edisi mendatang.


View the original article here



0 comments:

Post a Comment