Wednesday 28 August 2013

Keberadaan Gigi Alami Penting bagi Memori

JAN29

Sebuah studi baru menunjukkan orang yang memiliki hanya sedikit gigi alami akan menunjukkan hasil ketika menjalani tes memori. Merujuk pada 273 responden yang berusia 55 tahun ke atas, para peneliti menemukan hubungan sederhana, namun signifikan antara jumlah gigi alami dan kinerja tes memori.


Hubungan itu dikaitkan ketika peneliti mencantumkan usia responden ke dalam akun. Dengan kata lain, jumlah gigi dan kemampuan memori cenderung menghilang sejalan dengan bertambahnya usia.


Meski alasan mengaitkan hubungan tidak sepenuhnya jelas, penemuan terbaru ini sejalan dengan yang sebelumnya, yaitu tentang hewan dan studi manusia. Dari penelitian sebelumnya, ditunjukkan bahwa kehadiran gigi alami berdampak pada fungsi kognitif.


Responden yang hanya memiliki sedikit gigi alami dapat dikatakan sebagai faktor risiko persoalan memori pada orang yang sudah tua. Temuan ini diperinci oleh para peneliti yang dimuat dalam Jurnal Eropa Ilmu Oral pada bulan Agustus.


Relevansinya dengan penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa tikus yang giginya ditarik keluar berkaitan dengan memori dan masalah belajar. Tikus-tikus yang telah kehilangan gigi menunjukkan hilangnya neuron yang lebih tinggi dan kerusakan pada bagian pembentukan memori dari otak.


Menurut peneliti, kemungkinan lain dari kehilangan gigi alami yakni mengurangi sinyal sensorik yang dikirim gigi ke otak. Hal tersebut mempengaruhi fungsinya, termasuk fungsi memori.


Proses yang terjadi yaitu gigi alami mengirim sinyal ke otak melalui saraf yang berhubungan dengan sensasi pada wajah, serta fungsi motorik, seperti menggigit dan mengunyah. Protese gigi--meskipun membantu untuk makan, kekurangan saraf, dan ligamen yang menempel pada gigi alami untuk rahang, berpotensi membuat masukan sensorik ke otak berkurang.


Kemungkinan lain, menurut para peneliti, yaitu faktor umum yang bisa bertanggung jawab atas hubungan antara gigi dan memori. Misalnya, infeksi gusi yang menyebabkan hilangnya gigi juga dapat menyebabkan peradangan, yang memungkinkan kematian neuronal dan kehilangan memori.


Dalam studi baru, para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi memori, seperti tahun selama menjadi peserta pendidikan, jenis pekerjaan, dan riwayat medis, tapi hubungan antara gigi dan memori tetap signifikan.


"Peserta penelitian memiliki rata-rata 22 gigi alami, hampir sepertiga lebih sedikit dari satu set lengkap gigi manusia. Hal itu mungkin telah menyebabkan mereka menghindari atau makan lebih sedikit dari makanan tertentu yang mengandung nutrisi yang diperlukan untuk menjaga memori yang kuat," kata para peneliti.


Salah satu batasan dari studi ini adalah minimnya jumlah responden. Namun demikian, studi sebelumnya yang melibatkan lebih dari 4.000 peserta dan dikendalikan dengan beberapa faktor gaya hidup, seperti merokok dan konsumsi alkohol, menemukan hasil yang serupa.


Orang dengan sedikit atau tidak ada gigi alami akan lebih mungkin untuk kehilangan beberapa memori. Berbanding terbalik dengan peserta yang masih memiliki banyak gigi alami. Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Behavioral and Brain Functions tahun 2011.



View the original article here


0 comments:

Post a Comment